Asosiasi Dosen Peneliti Ilmu Keislaman dan Sosial (ADPIKS) mengapresiasi mengapresiasi kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat yang berfokus pada penanaman nilai-nilai moderasi Islam seperti yang diselenggarakan Tim Pengabdian Qoryah Thayyibah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang dikolaborasikan duo dosen inspiratif Jamilah, Ph.D Selaku Ketua dan Nailul Fauziyah, M.A. Salah satu pengurus ADPIKS, Angga Teguh Prastyo, M.Pd menegaskan bahwa kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat yang membawa misi moderasi beragama patut didukung dan disuaraka sebagai salah satu cara menghadirkan kerukunan hidup umat beragama di Indonesia.
Angga Teguh mendukung penuh Tim Pengabdian Qoryah Thayyibah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang bersama Kemenag Kota Malang yang mengadakan Focus Group Discussion yang bertemakan Masjid Kampus Sebagai Pusat Gerakan Moderasi Beragama di Perguruan Tinggi. Kegiatan yang mengundang takmir masjid UIN Maliki, Universitas Brawijaya dan Universitas Negeri Malang ini diadakan di Minihall Kemenag Kota Malang, Selasa (26/7). “Kegiatan inilah yang akan selalu menginspirasi dan memperkuat kehidupan keagamaan yang moderat dan saling menghargai satu sama lain di antara umat beragama baik di perguruan tinggi maupun masyarakat luas,” jelas Angga Teguh.
Komposisi tim yang terdiri dari Jamilah, Ph.D Selaku Ketua dan Nailul Fauziyah, M.A. Dua sosok dosen yang dikenal humanis dan ramah tersebut bersama Tim Pengabdian Qoryah Thayyibah UIN Malang menggandeng Kemenag Kota Malang mengadakan Focus Group Discussion yang bertemakan Masjid Kampus Sebagai Pusat Gerakan Moderasi Beragama di Perguruan Tinggi. Kegiatan yang mengundang takmir masjid UIN Maliki Malang, Universitas Brawijaya dan Universitas Negeri Malang ini diadakan di Minihall Kemenag Kota Malang, Selasa (26/7)
Moderasi beragama dapat menjadi model yang tepat dalam upaya pengembangan masjid yang ideal juga dapat dikembangkan sebagai pusat peradaban bagi para mahasiswa di Kampus. Abdul Basid, Ph.D dari Masjid al-Hikmah Universitas Negeri Malang menyampaikan pentingnya peran serta dan kebijakan rektor dalam menanamkan kehidupan agamis yang moderat bagi para mahasiswa.
Membangun citra positif masjid kampus memang menjadi pekerjaan rumah tersendiri karena terdapat kekhawatiran bahwa masjid justru menjadi tempat menyemai benih-benih perpecahan umat. Beberapa masjid bahkan tidak dimaksimalkan fungsinya sebagaimana mestinya. Misalnya, kurangnya literasi keagamaan yang terdapat dalam masjid tersebut, minimnya kajian tentang kebangsaan, toleransi, dan sebagainya. “Bahkan, beberapa masjid terkadang dipolitisasi untuk kepentingan kelompok tertentu. Secara spesifik, beberapa tantangan yang ada di sekitar masjid masih sering ditemukan.” tutur Dr. Ahmad Izzuddin MHI saat memberi pengantar diskusi.
Sementara itu, Kasi Bimas Islam mewakili Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Malang sangat antusias dengan program ini, pada sambutanya Gus Shampton sapaan akrabnya juga menyampaikan pentingnya pemahaman moderasi beragama dan penanaman moderasi beragama yang lebih soft karena selama ini masyarakat sudah mulai jemu dengan istilah “Moderasi Beragama” kalo bisa mungkin ada istilah lain yang bisa mewakili itu. “saat memahami agama secara mendalam, pasti moderat, tapi bagaimana masjid-masjid kampus ini mampu menjelaskannya dengan bungkus dan kemasan yang lebih diterima oleh semua kalangan. Masjid-masjid diluar kampus butuh teladan dan tawaran model pengembangan tarbiyah di masjid yang baik.” jelasnya.
Kegiatan ini diakhiri diakhiri dengan membangun kesepakatan kerjasama antar takmir masjid kampus dalam pengembangan pemakmuran masjid baik yang berbasis perguruan tinggi maupun di tengah-tengah masyarakat.